27 June 2010

Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian?

Karena ayahnya seorang bankir, sejak kecil Joni pun ingin jadi bankir. Sialnya, Joni malah lebih suka main gitar, bikin lagu, ngeband dan hal-hal berbau seni lainnya.

Namun Joni percaya, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian... Jadi, demi menjadi bankir, yang kalau melihat ayahnya yang banyak duit, Joni rela bersakit-sakit dahulu, belajar matematika, fisika, ekonomi habis-habisan.

Meski nilai-nilai pelajaran ilmu pasti Joni bagus, namun hal itu itu diraih dengan sangat bersusah payah, tidak seperti nilai pelajaran keseniannya yang mudah saja mendapat excellent. Sekali lagi, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.

Ketika masuk kuliah, demi mengejar cita-cita menjadi bankir seperti bapaknya, Joni habis-habisan belajar ilmu-ilmu pasti. Main dengan teman-teman terpaksa ia korbankan. Justru main gitar tetap ia lakukan saat ia stress setelah belajar. Akhirnya ia pun diterima di fakultas ekonomi perguruan tinggi ternama.

Namun itu belum selesai. Di kampus, Joni mati-matian belajar, demi mengejar IPK 3.2 lebih, agar nantinya memenuhi syarat administrasi masuk ke bank ternama. Untuk itu ia kembali habis-habisan belajar. Ia lupakan nongkrong dengan teman-temannya. Akhirnya ia pun lulus dengan ipk 3.2.

Setelah lulus, kembali Joni berjuang habis-habisan demi masuk program pendidikan eksekutif sebuah bank ternama. Dan perjuangannya membuahkan hasil, ia diterima di bank ternama itu.

Sewaktu bekerja di bank, ia kembali berjuang habis-habisan, demi menjadi manajer, agar segera bisa punya rumah dan mobil. Saking habis-habisannya mengejar ambisi, Joni kerap stress, penyakit yang sebenarnya bukan barang baru buat Joni... sejak SMA pun Joni terbiasa stress.

Setelah berjuang dengan susah payah mencapai posisi manajer dan punya rumah dan mobil kreditan, kini Joni menargetkan menjadi manajer senior di bank. Kembali ia berjuang habis-habisan, stress, tak ada waktu untuk kegiatan lain di luar kantor...

Joni pun, dengan susah payah, akhirnya menjadi manajer senior. Duitnya banyak. Mobilnya tiga, rumahnya dua. Jangankan kebutuhan primer dan sekunder, tertier saja mudah dipenuhi Joni. Namun Joni harus menjadi direktur bank, jadi ia harus berjuang habis-habisan lagi untuk mencapainya...

Sampai kapan sih Joni harus berjuang habis-habisan? sampai kapan sih harus bersakit-sakit dahulu? kapan senang-senangnya Joni?

Ah, andai dulu Joni sekolah kesenian, mendalami teknik bermain gitar, mengarang lagu, mungkin sejak muda sampai tua ia bersenang-senang menjalani hobinya.Karena senang menjalaninya, bukan hal sulit buat Joni menjadi pemain gitar terbaik, pengarang lagu yang handal atau pelukis hebat, mungkin duit yang ia hasilkan sama besarnya sebagai bankir. Hanya saja, jadi seniman, buat Joni, bukan yang harus berjuang habis-habisan dan bersusah payah, lah wong Joni memang senang kok.

Andai saja dulu Joni memilih bersenang-senang dahulu, bersenang-senang kemudian...