30 August 2009

Family day? hmm...

Imam, sebut saja begitu, wajahnya berkeringat. Ia sepagian stand by di depan loket Dufan. Sedang temannya Rama, siap-siap di loket bersama beberapa rekan lainnya dikelilingi kardus-kardus besar berisi souvenir. Di kantor, Joni siap membawa toa, teriak-teriak meng-komando beberapa ratus orang untuk naik bis. Sedikitnya ada sepuluh bis parkir rapi berjejer di kantor.

Begitulah nasib teman-teman saya panitia family day. Kantor saya saat itu punya 3 ribu karyawan. Bila rata-rata satu karyawan itu dihitung tiga dengan keluarganya, sedikitnya sudah 9 ribu peserta yang hadir di family day yang digelar di Dufan.

Bagaimana acaranya?, weleh... Setelah antri di pintu masuk, dapet kupon makan dan souvenir, didalam dufan sudah sulit mengkontrolnya. Masing-masing sibuk menyelamatkan keluarganya, agar tak tercerai berai... Sempat ngobrol dengan keluarga dari rekan sejawat? Huhh, mana sempat? Jangan tanya derita panitianya. Nyaris semuanya kebagian begadang nyiapin ini itu. Boro-boro tuh panitia bisa menikmati family day dengan keluarganya, yang ada was-was melulu, takut ada apa-apa.

Lain lagi ceritanya dengan istri saya. Kantornya cuma 25 orang. Dikali tiga pun ngga sampai seratus. Tiap tahun ada family day. Tiap tahun bossnya minta maaf ke keluarga karena waktu bapak-ibunya kadang terpakai lebih panjang di kantor. Saya bisa kenal dengan keluarga teman-teman kerja istri saya itu. Saya malah bisa melihat perkembangan anak dari salah satu teman istri saya, mulai dari bayi sampai bisa jalan. Sungguh-sungguh family day yang sesungguhnya.

Sepertinya family day memang efektif kalau pesertanya ngga kebanyakan. Lagian memang tujuan family day itu sendiri adalah memperlihatkan tanggung jawab perusahaan bahwa mereka peduli dengan keluarga karyawannya, sekaligus memberi kesempatan chit-chat antara keluarga sesama karyawan.

Cuma kadang perusahaan lupa, bahwa jumlah besar itu ngga ngefek apa-apa. Ngga ada hebat-hebatnya kok bisa ngumpulin sembilan sepuluh ribu sekaligus di suatu tempat.

Di saat semakin banyak bukti bahwa kontribusi datang dari tim terkecil di suatu perusahaan, bukan dari perusahaan itu sendiri secara menyeluruh, maka ada baiknya kalau family day itu justru diselenggarakan berbasis tim kerja. Disitu atasan langsung sang karyawan dapat berbincang dengan keluarga karyawan. Dapat melihat lebih lama mengenai sisi kehidupan keluarga karyawan, sehingga semakin memperkaya pengetahuannya terhadap kondisi karyawan.

Memang ngga spektakuler kesannya, cuma justru efektif mencapai tujuan awal dari family day: meningkatkan engagement karyawan.